Senin
Oleh Saut P Silalahi, Green KDP
Anggapan bahwa sampah adalah hal menjijikan, merusak keindahan Kota dan membahayakan kesehatan telah membuat masyarakat menjauhi dan tdak mau mengelolanya dengan bijaksana. Tanpa disadari, kecenderungan untuk tidak peduli akan sampah justru membuat semakin tingginya timbunan sampah. Padahal mengolah sampah dapat membawa keuntungan, bukan hanya dalam hal menjaga kebersihan, namun juga menjadi tambahan pemasukan bagi keluarga.
Mengenal Sampah
Sebelum mengolahnya, kita perlu mengenali sampah itu sendiri. Sampah terdiri dan sampah organik, yang sering disebut sampah basah, dan sampah Non Organik atau sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang berasal dan makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami dan karenanya dapat diolah menjadi kompos. Sampah jenis ini dapat diolah menjadi kompos berbentuk padat dan cair.
Sebaliknya, sampah kering, seperti, plastik, kaleng, kaca, dll, tidak dapat terdegradasi secara alami. Agar dapat dimanfaatkan kembali, diperlukan teknologi khusus untuk mengelola sampah non organik. Secara praktis, kita dapat menjual kembali sampah-sampah kering kepada perusahaan yang khusus mengolah limbah non-organik seperti kertas, plastik, kaca, dan lainnya.
Sebaliknya, sampah kering, seperti, plastik, kaleng, kaca, dll, tidak dapat terdegradasi secara alami. Agar dapat dimanfaatkan kembali, diperlukan teknologi khusus untuk mengelola sampah non organik. Secara praktis, kita dapat menjual kembali sampah-sampah kering kepada perusahaan yang khusus mengolah limbah non-organik seperti kertas, plastik, kaca, dan lainnya.
Mengelolah sampah menjadi kompos
Salah satu terobosan sedenhana yang dilakukan dalam mengolah adalah membuat kompos. Saat ini telah dikembangkan teknologi pemroses sampah dengan mengembangbiakan mikroba penghancur sampah (aktivator). Dengan menggunakan activator tensebut, proses penghancuran sampah yang dulunya memakan waktu 6 bulan, sekarang menjadi hanya 3 minggu saja.
Membuat kompos tidaklah sulit dan dapat dilakukan sendiri di rumah. Cukup dengan menyediakan dua buah tempat sampah yang berbeda warna untuk memisahkan sampah organik dan sampah non-organik, dan bak plastik atau drum bekas untuk menjadi wadah kompos.
Pada bagian dasar dan wadah (bak plastik atau drum bekas) dibuat lubang kecil untuk mengeluarkan cairan yang dihasilkan dan proses penguraian sampah. Untuk menjaga kelembaban, bagian atas wadah dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Sebaiknya wadah diletakkan di atas tanah atau paving block, agar kelebihan air dapat menembes ke bawah. Penting untuk dijaga agarwadah tidak terkena air hujan. Cara lain, ada yang menggunakan komposter (wadah khusus pembuat kompos) dimana sampah dimasukan dalam ke komposter yang terbuat dan plastik yang dibagian bahwahnya ada keran untuk tempat mengambilan lindi atau cairan kompos hasil penguraian sampah.
Adapun peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kompos adalah sekop, cangkul garpu, ember, drum air, pisau, lembaran pelastik untuk penutup wadah, dan termometer. Setelah wadah dan peralatan yang dibutuhkan telah siap, proses membuat kompos adalah sebagai berikut:
- Siapkan sampah organik rumah tangga (sisa makanan, potongan sayuran, kulit buah, sisa ikan dan daging). Sebaiknya, sampah organic ini dicacah hingga benukuran kecil.
- Masukan sampah ke dalam wadah, campurkan dengan penggembur atau bio activator, dan aduk hingga merata. Bioactivator adalah mikroba jenis tertentu yang dapat mempercepat proses penghancuran sampah. Bioactivator dapat diperoleh dan toko-toko yang menyediakan perlengkapan pertanian.
- Masukkan cacahan tersebut kedalam wadah kompos / komposter yang telah diberi keran atau dilubangi dasarnya.
- Bila wadah / komposter belum penuh dengan sampah, masukan tambahan sampah dan semprotkan bioaktivator. Setiap menambahkan sampah organik baru lakukan penyemprotan kembali dengan Bioaktivator secukupnya. Bila wadah sudah penuh, tutuplah dengan rapat.
- Diamkan selama 7 s/d 14 hari untuk membiarkan proses penghancuran sampah berlangsung.
Setelah didiamkan, kompos dikeluarkan dan wadah pembuat kompos kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dianginkan. Segera setelah kering, kompos dapat digunakan atau dikemas untuk dijual.
- Air lindi sampah, atau kompos cair hasil penghancuran sampah, dapat diambil dengan membuka keran atau lubang kecil. Cairan ini dapat menjadi pupuk organik cair dengan menambahkan ¼ liter larutan bioaktivator untuk setiap 1 liter air lindi sampah, kemudian dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat selama 7 hari. Setelah selesai, pupuk organik cair dapat langsung digunakan dengan takaran 1 liter pupuk cair dilarutkan dengan 50 liter air.
Membuat kompos tidaklah sulit dan dapat dilakukan sendiri di rumah. Cukup dengan menyediakan dua buah tempat sampah yang berbeda warna untuk memisahkan sampah organik dan sampah non-organik, dan bak plastik atau drum bekas untuk menjadi wadah kompos.
Pada bagian dasar dan wadah (bak plastik atau drum bekas) dibuat lubang kecil untuk mengeluarkan cairan yang dihasilkan dan proses penguraian sampah. Untuk menjaga kelembaban, bagian atas wadah dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Sebaiknya wadah diletakkan di atas tanah atau paving block, agar kelebihan air dapat menembes ke bawah. Penting untuk dijaga agarwadah tidak terkena air hujan. Cara lain, ada yang menggunakan komposter (wadah khusus pembuat kompos) dimana sampah dimasukan dalam ke komposter yang terbuat dan plastik yang dibagian bahwahnya ada keran untuk tempat mengambilan lindi atau cairan kompos hasil penguraian sampah.
Adapun peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kompos adalah sekop, cangkul garpu, ember, drum air, pisau, lembaran pelastik untuk penutup wadah, dan termometer. Setelah wadah dan peralatan yang dibutuhkan telah siap, proses membuat kompos adalah sebagai berikut:
- Siapkan sampah organik rumah tangga (sisa makanan, potongan sayuran, kulit buah, sisa ikan dan daging). Sebaiknya, sampah organic ini dicacah hingga benukuran kecil.
- Masukan sampah ke dalam wadah, campurkan dengan penggembur atau bio activator, dan aduk hingga merata. Bioactivator adalah mikroba jenis tertentu yang dapat mempercepat proses penghancuran sampah. Bioactivator dapat diperoleh dan toko-toko yang menyediakan perlengkapan pertanian.
- Masukkan cacahan tersebut kedalam wadah kompos / komposter yang telah diberi keran atau dilubangi dasarnya.
- Bila wadah / komposter belum penuh dengan sampah, masukan tambahan sampah dan semprotkan bioaktivator. Setiap menambahkan sampah organik baru lakukan penyemprotan kembali dengan Bioaktivator secukupnya. Bila wadah sudah penuh, tutuplah dengan rapat.
- Diamkan selama 7 s/d 14 hari untuk membiarkan proses penghancuran sampah berlangsung.
Setelah didiamkan, kompos dikeluarkan dan wadah pembuat kompos kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dianginkan. Segera setelah kering, kompos dapat digunakan atau dikemas untuk dijual.
- Air lindi sampah, atau kompos cair hasil penghancuran sampah, dapat diambil dengan membuka keran atau lubang kecil. Cairan ini dapat menjadi pupuk organik cair dengan menambahkan ¼ liter larutan bioaktivator untuk setiap 1 liter air lindi sampah, kemudian dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat selama 7 hari. Setelah selesai, pupuk organik cair dapat langsung digunakan dengan takaran 1 liter pupuk cair dilarutkan dengan 50 liter air.
Kunci keberhasilan pembuatan kompos adalah terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan udara, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk hidup dan berkembang biak.
Dalam skala lebih besar, pembuatan kompos dapat dijadikan usaha kecil menengah yang dilakukan secara kolektif. Contohnya di pemukiman padat penduduk, industri pembuatan kompos dapat diserahkan kepada pengurus RW atau Kelurahan, bahkan kepada badan tertentu yang ditunjuk sebagai pengelola. Setiap rumah tangga tetap harus melakukan pemisahan sampahnya. Dengan demikian, sampah tidak lagi menumpuk atau dibuang semuanya ke Tempat Pembuan Akhir (TPA) yang berpotensi menimbulkan pencemaran, penyakit, pendangkalan sungai, dan sebagainya.
Dalam skala lebih besar, pembuatan kompos dapat dijadikan usaha kecil menengah yang dilakukan secara kolektif. Contohnya di pemukiman padat penduduk, industri pembuatan kompos dapat diserahkan kepada pengurus RW atau Kelurahan, bahkan kepada badan tertentu yang ditunjuk sebagai pengelola. Setiap rumah tangga tetap harus melakukan pemisahan sampahnya. Dengan demikian, sampah tidak lagi menumpuk atau dibuang semuanya ke Tempat Pembuan Akhir (TPA) yang berpotensi menimbulkan pencemaran, penyakit, pendangkalan sungai, dan sebagainya.
Untuk informasi Iebih lanjut silahkan hubungi :
Saut Silalahi – sautps@bakti.org
atau kirim surat ke Green KDP, ,Jl Dr Sutomo 26, Makassar, Sulawesi Selatan.
0 Comments:
Post a Comment