MAHASISWA, APAKAH ORANG AWAM ATAU INTELEKTUAL

Sabtu

Saat mendengar tentang masyarakat awam, pastinya kita membayangkan tentang masyarakat yang biasa saja, tapi kalau kita mendengar kata intelektual, kita langsung membayangkan tentang banyak definisi untuk menggambarkan kata itu dan mendeskripsikannya sehingga lebih baik. Saat mendengar mahasiswa, kita juga akan langsung mendefinisikan sebagai orang yang memiliki banyak ilmu karena sudah melewati jejang pendidikan SD, SMP dan SMU serta terdaftar di salah satu Universitas Negeri maupun Swasta sehingga sekarang sudah bisa dikatakan seorang mahasiswa. Biasanya juga mahasiswa dapat dikatakan seorang intelektual yang memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari orang awam.
Menurut Al-Zastrouw Ng. seorang Doctor Sosiologi Universitas Indonesia dalam judul buku Membangun Wacana Intelektual oleh Muhammad Zainuddin bahwa, Hubungan antara nalar awam dengan kehidupan seperti batu dan air. Saat air mengalir menyentuh dan membasahi batu. Permukaan batunya hanya basah dan tidak dapat menyerap air tersebut, setelah air mengalir menjauhi batu, maka batu itu akan kering tanpa meninggalkan setes air. Sedangkan nalar intelektual seperti akar dan air, saat air mebasahi akar, akar ini tidak akan membiarkan air lewat begitu saja, akar akan menyerapnya dan menyimpannya kedalam pori-porinya dan mengolahnya menjadi sumber kehidupan bagi pohon.
Apakah Mahasiswa Orang Awam
Menurut Al-Zastrouw Ng. Orang awam adalah orang yang cuma melihat dan berfikir peristiwa di dunia ini yang terjadi hanya peristiwa yang memang seharusnya terjadi, dan menganggap sebagai peristiwa alam. Orang awam secara umum adalah orang yang tidak tahu menahu apa-apa dan tidak ingin berfikir apa yang harus dilakukan dan apa tujuan hidupnya. Orang awam juga bisa diartikan sebagai orang yang belum tahu apa-apa, maksudnya ketika kita berbicara tentang pertanian dan orang tersebut tidak tahu maka, orang itu bisa dianggap sebagai orang awam. Apakah mahasiswa juga bisa menjadi orang awam?? Pertanyaan ini adalah sebuah yang pertanyaan yang mengundang banyak kontroversi. Tapi kalau kita melihat secara langsung, apakah mahasiswa juga bisa menjadi orang awam??
Apa yang membedakan mahasiswa waktu zaman dahulu dengan zaman sekarang ini?? Jawaban yang paling mudah adalah mahasiswa dulu sekarang sudah tua dan mahasiswa sekarang ya… sekarang, masih muda. Tapi dibalik jawaban yang begitu gampang, bagaimana tingkat intelegensi seorang mahasiswa sekarang dengan mahasiswa yang sudah lalu. Ternyata perbandingannya lebih jauh ketertinggalnnya dibandingkan dengan sekarang. Seperti halnya Mahasiwa zaman orde Soeharto punya kritik yang lebih peka terhadap masalah-masalah social buktinya saat masa Soeharto mereka berkumpul dan satu menggulingkan masa orde tersebut. Dulunya mahasiswa sering melakukan diskusi-diskusi yang melibatkan banyak fakultas membahas suatu masalah dan kegiatan itupun hampir selalu dilakukan, bagaimana dengan sekarang , apakah mahasiswa sering melakukan hal yang sama? Ataukah terjadi perubahan pola berkumpul yang dulunya hanya diarea kampus sekarang sudah pindah ke tempat yang lebih ramai yang dipenuhi berbagai macam pernak-pernih atau ditempat yang menghidangkan secangir kopi hangat. Serta pemikiran yang berbeda, dulunya mahasiswa lebih sering membaca sampai beratus-ratus judul buku yang diselesaikan dalam waktu yang begitu singkat. Untuk semua mahasiswa yang hidup di zaman ini, berapa lama kita membaca dalam sehari?? Pernakah kita membuka buku kuliah kita saat ada waktu luang??
Pada saat sekarang ini, kadang mahasiswa juga ikut melakukan demonstrasi tapi dia sendiri tidak tahu tentang apa yang mereka perjuangkan. Saat melihat orang demonstrasi yang mengatas namakan mahasiswa dari universitas A, B atau yang lain, coba kita tanya apa tujuan mereka ikut bergabung. Pasti lebih banyak yang tidak tahu apa yang hendak mereka bela, mungkin hanya dua sampai sepuluh orang yang tahu, tapi selebihnya Cuma ikut-ikutan. Apakah mahasiswa tersebut merupakan orang awam?? Ataukah mahasiswa yang memiliki pikiran orang awam?? Ataukah betul-betul orang awam yang berkedok sebagai mahasiswa??
Pernah ada seorang yang bernama M. Tayeb Yang tinggal di Sinjai yang merupakan orang awam yang tidak bisa baca tulis tapi membuat sesuatu yang beguna. Karena bapak ini merupakan orang yang tinggalnya dipesisir, pada saat ombak keras datang pasti rumah-rumah sekitar pantai hancur karena hempasan gelombang ombak yang besar dan sumur-sumur yang dimiliki menjadi asin, saat melihat pesisir pantai bapak itu melihat pasir dan mengganggap bahwa mungkin bisa ditanami tanaman bakau. Awal mula saat menanam bakau tersebut, orang-orang sekitarnya menganggap bahwa pak Tayeb ini adalah orang gila yang memananm pohon dipinggir pantai, sampai lima tahun kemudian orang-orang yang menganggap bapak ini gila berubah pemikirannya bahwa tanaman bakau ini memang berguna, setelah tanaman bahkau ini sudah besar ternyata bisa menghalangi terjadinya abrasi air laut. Ternyata tanaman bakau tersebut selain menjadi pencegah abrasi laut, juga sebagi penghisap garam-garam, sehingga sumur tidak menjadi asin lagi. Gara-gara hal tersebut pak Tayeb bisa keliling keluar negeri membagikan ilmunya tentang tanaman bakau, beliau selalu diudang kesana-kemari menghadiri seminar-seminar yang dihadiri oleh doctor serta professor luar negeri, padahal bapak ini tidak pernah mendapakan jejang pendidikan, baca tulis pun pak Tayeb tidak bisa, bahasa indonesianya pun terpatah-patah. Sepuluh tahun kemudian, beliau dijuluki marine biologist oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sarwono Kusumaatmajah. Apakah bapak M. Tayeb diakatakan menjadi orang awam atau sebagai orang intelektual ataukah mahasiswa yang tidak memiliki kampus dan hanya belajar dengan menganalisa kejadian-kejadian alam?
Di Negara-negara skandinavia orang-orang yang memiliki gelar doctor, professor itu tidak berarti apapun kalau tidak menghasilkan sesuatu yang berguna untuk masyarakat sekitar.
Mahasiswa sebagai Intelektual
Era 80-90an Mahasiswa sering dipandang sebagai golongan dalam masyarakat yang khas dan unik. Secara kuantitas, mahasiswa memang tidaklah terlalu berarti, tapi secara kualitas dan potensinya, mahasiswa yang dijuluki intelektual muda ini memiliki peran dan fungsi menentukan dinamika masyarakat, baik dalam konteks kekinian maupun masa depan. Bagaimana dengan abad ini?? Apakah masih terjaga seperti sekarang, tentang pemikiran terhadap mahasiswa?? Memang harus diakui bahwa salah satu peran penting dalam perubahan politik di Indonesia adalah mahasiswa dengan gerakan mahasiswanya. Ini terlihat jelas saat gerakan mahasiswa tahun 1998 denga menggulingkan era otoriter saat era Soeharto.
Kebanyakan juga sebagian mahasiswa menggangap sebuah peristwa sebagai keharusan suatu proses kehidupan, sesuatu yang biasa yang harus terjadi dan diterima. Setelah itu hilang begitu saja tanpa ada sesuatu yang berarti. Kejadian-kejadian dalam hidup dibiarkan berlalu begitu saja. Hanya peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan diri saja yang menimbulkan bekas dan consent dalam moment tertentu, dan pasti kemudian akan hilang setelah muncul peristiwa yang lain. Demikian seterusnya, tumpukan-tumpukan peristiwa kehidupan tersebut dibiarkan berlalu dan hilang begitu saja.
Saat ini, kita sebagai mahasiswa dan intelektual diharapkan punya sains of critical yang peka terhadap apapun, dan mungkin akan menjadi berharga serta mempunyai daya saing. Ada empat macam teori kritis yakni kritisisme transedental kant, kritisisme dialektis hegel, Kritisisme Ideologis marx dan kritisisme psikoanalisis freud. Dengan kritisisme kita bisa merubah banyak keraguan-keraguna dan kepentingan serta hambatan dari dalam diri.
Oleh karena itu, mahasiswa sekarang diharapkan bisa menjadi peka, dan menjalani proses kehidupan dan memperoleh ilmunya dengan nalar intelektual. Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa yang sesungguhnya menjalani proses belajarnya, tidak pernah merasa cukup sehingga selalu meningkatkan kemapuannya, serta punya idealisme sehingga yang menimbulkan rasa tanggung jawab bukan hanya untuknya tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia.

0 Comments:

 
FaceBlog © Copyright 2009 Knowledge and Writing For All | Blogger XML Coded And Designed by Abd Gafur