I. PENDAHULUAN
Pendidikan dikatakan professional apabila lulusan yang dihasilkan pada akhirnya mampu menghidupi dan mensejahtekan diri dan keluarganya, mampu untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang terkait dengan profesi, serta mampu menambah wawasan. Dengan demikian profesi yang profesional mampu secara sungguh-sungguh menjadi pegangan hidup pemegang profesi tersebut.
Dalam kondisi dan situasi Negara Indonesia dewasa ini dimana pengangguran intelektual semakin banyak, terlihat jumlah kelulusan pendidikan fisioterapi jauh lebih banyak dibanding lahan pekerjaan yang tersedia. Oleh karena itu bayangan terjadinya pengangguran intelektual akan menghantui masa depan lulusan fisioterapi.
Berdasarkan KepMen No.232/U/2000 dan Kep.Men No.45/U/2002 Perguruan tinggi dapat mengembangkan kurikulum pendidikan tinggi. Penyusunan kurikulum perguruan tinggi diserahkan kepada perguruan tinggi dan program studi yang bersangkutan. Penentuan mata kuliah-mata kuliah pada program studi ditentukan oleh masing-masing program studi itu sendiri, bukan lagi oleh Ditjen Dikti. Kurikulum yang disusun berdasarkan Kep.Men No.232/U/2000 adalah kurikulum yang dilaksanakan pada suatu program studi yang ditempuh oleh peserta didik yang setelah lulus dapat mencari pekerjaan yang tidak memerlukan sertifikasi. Namun, bagi lulusan yang ingin bekerja pada lembaga profesi mereka harus menempuh pendidikan profesi dan ujian profesi.
Pengembangan kurikulum nasional yang berisi inti-inti (kurikulum inti) sebenarnya membebaskan perguruan tinggi untuk mengembangkan program-program eksperimental, memperluas dan mengkaji jumlah mata kuliah yang diberikan pada tiap program studi/jurusan. Bahkan jika perlu Perguruan tinggi dapat membuka jurusan baru yang cocok dengan kebutuhan masyatrakat dan kehidupan bangsa baik tingkat daerah maupun nasional. Dengan kata lain, sesungguhnya setiap Perguruan tinggi diberi peluang untuk memiliki selective excellence, sekaligus sebagai trade mark Perguruan tinggi yang bersangkutan.( Ali Imron , 2002) Dengan demikian selective exellence pada Perguruan tinggi-perguruan tinggi dapat tidak seragam agar kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dapat terpenuhi oleh para ahli atau sarjana dari Perguruan tinggi.
Tantangan kehidupan mendatang semestinya diperhatikan dalam pengembangan kurikulum perguruan tinggi. Tantangan tersebut dapat berupa perkembangan komunikasi dan informasi yang menyebabkan orang di belahan dunia manapun dapat meng-update informasi terkini, aspirasi masyarakat lokal, nasional, internasional yang berubah sesuai tuntutan mereka, krisis Global akan sumberdaya alam yang semakin lama semakin terbatas. Semua itu mempengaruhi kompleksitas pengembangan kurikulum Perguruan Tinggi.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum Perguruan Tinggi yang baik adalah kurikulum yang mampu membuat lulusannya mampu memenangkan tantangan kehidupan mendatang. Sulit rasanya memenangkan masa depan hanya berasumsi pada kompetisi dengan memenangkan pertarungan dalam lintasan yang sama.Harus ada inovasi besar-besaran dan provokatif agar sebuah pertarungan dimenangkan dengan mencanangkan tujuan sambil merancang jalan dengan melampui jalur-jalur yang sudah ada. dalam pengembangan kurikulum Perguraun Tinggi 2000, suatu ketika harus ada keberanian bahwa kita dapat berjalan dengan tenang, meskipun menggunakan kendaraan beroda segi empat, karena yang menjamin kenyamanan ternyata bukan rodanya, melainkan sistem suspensinya. Itulah supertisi, cara berpikir yang melampui sekedar garis linear dan hubungan sebab akibat. Barangkali metode berpikir seperti itu diperlukan dalam rangka akselerasi revitalisasi Perguruan Tinggi Fisioterapi dalam memenangkan tantangan masa depan (Ali Imron, 2002).
Oleh karena itu, Himpunan Mahasiswa Komunikasi Uvri Makassar melakukan pengembangan kurikulum Ilmu Komunikasi Serta Pengembangan sebagaimana di atas merupakan prioritas bagi suatu lembaga pendidikan yang berhasrat eksis untuk yang akan data. Pengembangan tersebut disesuaikan dengan pengembangan teknologi, kesiapan insan kampus, dan tidak terlepas dari pendanaan. Serta menjadikan mahasiswa jurusan komuniasi lebih kritis dan cerdas.***
II. TUJUAN
- Mengidentifikasi Kurikulum Ilmu Komunikasi yang efektif dan ter-update untuk mahasiswa komunikasi dan sesuai perkembangan teknologi informasi.
- Meningkatkan keaktifan Mahasiswa dalam dunia perkampusan
- Meningkatkan minat mahasiswa untuk lebih tahu banyak dan lebih cerdas dan kritis
III. HASIL
· Adanya Kurikulum Ilmu Komunikasi yang efektif dan ter-update untuk mahasiswa komunikasi dan sesuai perkembangan teknologi informasi.
· Meningkatnya keaktifan Mahasiswa dalam dunia perkampusan
· Meningkatnya minat mahasiswa untuk lebih tahu banyak dan lebih cerdas dan kritis
IV. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan selama satu (1) Hari di Kampus 1 Uvri, Jl. Gunung Bawakaraeng No. 72, Makassar. Sabtu, 24 Januari 2009.
V. PARTISIPAN
Adapun peserta sebanyak 100 orang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi makassar
VI. NARASUMBER
Adapun narasumber sebanayk tiga (3) orang yang terdiri dari :
Dekan Uvri Makassar (Drs. Firdaus Anas, M.Si)
Kopertis
Pengamat Pendidikan/Penulis (M. Ghufran H. Kordi K)
VII. METODOLOGI
Adapun metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi panel
VIII. PELAKASANA
Pelaksana kegiatan ini adalah mahasiswa jurusan komunikasi
IX. PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai dasar pertimbangan kegiatan lokakarya yang akan dilakukan
Makasssar, 13 Januari 2009
Mahasiswa Komunikasi
Uvri Makassar